Jumat, 15 Januari 2016

Penjelasan Alquran Tentang Wujud Allah SWT

Penjelasan Alquran Tentang Wujud Allah SWT

   Tentang hal ini dapat kita simak dialog antara Nabi Musa As dengan Fir’aun, Allah SWT berfirman: “Fir’aun berkata: Siapa Tuhan semesta alam itu? Musa menjawab: Yaitu Tuhan Pencipta langit dan bumi dan apa-apa di antara keduanya (itulah Tuhanmu), jika kamu sekalian (orang-orang) yang mempercayai-Nya.

   Berkata Fir’aun kepada orang-orang sekelilingnya: Apakah kamu tidak mendengarkan? Musa berkata (pula): Tuhan kamu dan Tuhan nenek-moyang kamu yang dahulu. Fir’aun berkata: Sesungguhnya rasul yang diutus kepada kamu sekalian benar-benar orang gila. Musa berkata: Tuhan yang menguasai timur dan barat dan apa yang ada di antara keduanya (itulah Tuhanmu) jika kamu menggunakan akal” (QS. Asy-Syu’araa, 26:23-28)

    Di dalam Al-Qur’an kita akan melihat bahwa wujud Allah yang diyakinkan kepada kita yang pertama melalui fitrah iman dan makhluk ciptaan-Nya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih berganti malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, sesungguhnya itu adalah tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan” (QS. Al Baqarah, 2:164).

   Demikian pula, Allah SWT menegaskan dalam firman-Nya: “Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri?). Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu? Sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan)” (QS. Ath Thuur, 52:35-36).

  Lebih jelas lagi Allah SWT menjelaskan melalui dialog antara Nabi Musa As dengan Fir’aun. Allah SWT berfirman: ”Berkata Fir’aun: Maka siapakah Tuhanmu berdua, wahai Musa. Musa berkata: Tuhan kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian Dia memberinya petunjuk” (QS. Thaahaa, 20:49-50).

   Inilah beberapa ayat dimana Allah SWT menuntut akal manusia untuk memikirkan penciptaan langit dan bumi dengan segala isinya yang sebenarnya bila akal setiap manusia mau berfikir, maka tidak akan ada yang bisa dilakukan oleh manusia kecuali harus menyatakan bahwa Allah adalah pencipta segalanya.

  Salah satu ayat yang layak kita renungkan dalam kehidupan ini untuk lebih mengenal wujud Allah di antaranya dalam firman-Nya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal. Yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka” (QS. Al Imran, 3: 190-191).

   Kembali perlu digarisbawahi bahwa secara fitrah, setiap manusia meyakini keberadaan wujud Allah, dan di samping itu melalui firman-firman-Nya Allah mengajak manusia untuk berfikir tentang penciptaan-Nya. Allah yang kita yakini adalah Dia yang Esa yang tidak ada sekutu bagi-Nya. Esa dari segi Dzat, Sifat, dan juga dari segi aturan dan hukum.

   Esa dari segi Dzat di antaranya dijelaskan dalam firman-Nya: “Katakanlah: Dia-lah Allah, Yang Mahaesa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia” (QS. Al Ikhlash, 112:1-4).

   Kemudian dalam firman-Nya pula Allah SWT menegaskan: “Dan Tuhanmu adalah Tuhan yang Mahaesa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang” (QS. Al Baqarah, 2:163). Lebih rinci lagi Allah SWT menunjukkan bukti-bukti kesalahan kepercayaan orang-orang musyrik, sebagaimana firman-Nya: “Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maka, Mahasuci Allah yang mempunyai ’Arsy daripada apa yang mereka sifatkan” (QS. Al Anbiyaa, 21:22).

Meraih Khusnul Khotimah

Meraih Khusnul Khotimah
Dambaan setiap manusia

ARTI HUSNUL KHOTIMAH
            Husnul Khotimah berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari dua suku kata, yaitu HUSNUN dan AL-KHOTIMAH. Husnun artinya bagus atau baik. Khotimah artinya berakhir, penghabisan, kesudahan, tamat. Maka khusnul khotimah dapat diartikan berakhir dengan baik. Jika dikaitkan dengan kata kematian, berarti kematian yang berahir dengan baik.
Husnul khotimah termasuk sesuatu yang rahasia bagi manusia dan hanya Allah yang tahu. Tentu, Allah-lah yang menentukan dan anusia hanya berharap dengan melakukan hal-hal yang mendorong ke husnul khotimah.

LANGKAH- LANGKAH MENUJU KEMATIAN HUSNUL KHOTIMAH
Untuk mengetahui apakah nanti kita akan masuk surga atau tidak, tentu tidak ada jawaban pastinya. Namun Rasulullah saw memberikan pedoman bagi umat Islam kitat cerdas mengelola waktu, sehingga bisa mengenali tanda-tanda seorang Muslim mendapatkan surga. Satu tanda bahwa seorang Muslim akan masuk surga ialah meninggal dalam keadaan khusnul khotimah. Bisa dalam keadaan mendirikan sholat, dzikir, menghadiri majlis ilmu, atau dalam kegiatan atau perjalanan yang diridhai Allah dan rasul-Nya.
Dalam sejarahnya, tak satu pun manusia yang bisa mengetahui apakah dirinya bisa mati dalam keadaan khusnul khotimah atau su’ul khotimah. Hal ini tiada lain agar kita sebagai seorang Muslim, benar-benar waspada dalam pemanfaatan waktu. Jangan sampai terlena oleh gemerlap dunia, sehingga lupa akan akhirat dan kemudian mati dalam keadaan su’ul khotimah.

Prioritaskan Amal Sholeh
Dalam sebuah hadis rasulullah saw bersabda,
اَلْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ
“Orang yang cerdas ialah orang yang menahan hawa nafsunya dan berbuat (amal sholeh) untuk (bekal) kehidupan setelah mati.” (HR. Turmudzi).
Setiap manusia akan menemui kematian Orang yang paling siap menghadapi kematian dengan memperbanyak amal sholeh adalah orang yang akan meraih kebahagiaan. Dan, siapa orang yang mempersiapkan dirinya untuk meraih kebahagiaan tentu ia adalah orang yang paling beruntung. Oleh karena itu, al-Qur’an dalam sebuah ayat memberikan satu kriteria lengkap dan jelas bahwa yang dimaksud orang yang berakal (berilmu, cerdas) adalah ulul albab. Yaitu orang yang senantiasa mengisi waktunya dengan dzikir dan fikir dalam segala keadaan agar mendapat keridoan-Nya. (QS. Ali Imron: 190 – 191).
Apakah kita termasuk orang yang cerdas atau tidak. Jika kita ingin cerdas, maka hendaklah kita mencontoh perilaku para kekasih Allah (Nabi dan Rasul). Yaitu senantiasa menghiasi diri dengan akhlak yang mulia, beramal sholeh, dan berorientasi terhadap kehidupan akhirat. Langkah tersebut akan memberikan dampak positif luar biasa, baik ketika di dunia maupun di akhirat. Sebaliknya, yang tidak cerdas akan mengalami penyesalan luar biasa.
"(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: "Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia) . Maksudnya: orang-orang kafir di waktu menghadapi sakratil maut, minta supaya diperpanjang umur mereka, agar mereka dapat beriman. Agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampal hari mereka dibangkitkan." (QS. Al-Mu’minun: 99 – 100).

Waspadai Akhir Yang Buruk
Bagaimana agar kita bisa meninggal dalam keadaan khusnul khotimah? Tentu tidak ada jalan lain selain waspada dan konsisten mengisi sisa umur yang kita miliki untuk kebaikan-kebaikan dunia maupun akhirat. Dengan kata lain kita tidak boleh santai menyikapi waktu yang kita miliki apalagi merasa umur masih cukup panjang, sehingga suka meremehkan perbuatan dosa dan bangga berbuat maksiat.
Anas ra, pernah bertutur, "Sesungguhnya, kalian melakukan perbuatan-perbuatan yang menurut kalian lebih kecil dari rambut. Padahal kami pada zaman rasulullah saw, sudah menganggapnya sebagai dosa yang membinasakan (dosa besar)." (HR. Bukhari).
Sebagai upaya waspada kita terhadap akhir yang buruk (su’ul khotimah) hendaknya setiap hari kita melakukan evaluasi terhadap keyakinan kita. Apakah keyakinan yang ada di dalam hati ini telah bersih dari titik-titik keraguan. Jika masih ada keraguan segeralah membersihkannya.
Maka, mulai sekarang marilah biasakan diri untuk memperkuat iman, meneguhkan hati untuk konsisten/ istiqamah beramal sholeh, dan waspada untuk tidak berbuat dosa. Sebab kita tidak pernah tahu kapan ajal menemui kita.
Dengan cara itulah, insya Allah kita akan tergolong manusia yang cerdas menurut nabi dan insya Allah akan meninggal dalam keadaan khusnul khotimah dan mendapat keridoan-Nya,

TANDA- TANDA ORANG YANG MATI HUSNUL KHOTIMAH
            Meninggal dalam keadaan husnul khotimah adalah rahasia Allah, tak seorang pun mengetahuinya. Bahkan Rasulullah pun tidak memberikan secara pasti tanda- tanda orang yang mati husnul khotimah. Akan tetapi dari beberapa keterangan dapat diambil pelajaran tentang orang yang husnul khotimah. Antara lain

Pertama: mengucapkan syahadat ketika hendak meninggal, dengan dalil hadits Mu’adz bin Jabal Radhiyallaahu ‘anhu, ia menyampaikan dari Shallallaahu ‘alaihi wasallam:
مَنْ كَانَ آخِرُ كَلاَمِهِ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ
“Siapa yang akhir ucapannya adalah kalimat ‘La ilaaha illallah’ ia akan masuk surga.” (HR. Al-Hakim dan selainnya dengan sanad yang hasan1)

Kedua: meninggal dengan keringat di dahi.
Buraidah ibnul Hushaib Radhiyallaahu ‘anhu ketika berada di Khurasan menjenguk saudaranya yang sedang sakit. Didapatkannya saudaranya ini menjelang ajalnya dalam keadaan berkeringat di dahinya. Ia pun berkata, “Allahu Akbar! Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَوْتُ الْمُؤْمِنِ بِعَرَقِ الْجَبِيْنِ
“Meninggalnya seorang mukmin dengan keringat di dahi.” (HR. Ahmad, An-Nasa`i, dll. Sanad An-Nasa`i shahih di atas syarat Al-Bukhari)

Ketiga: meninggal pada malam atau siang hari Jum’at, dengan dalil hadits Abdullah bin ‘Amr Radhiyallaahu ‘anhu, beliau menyebutkan sabda Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam:
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَمُوْتُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَوْ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ إِلاَّ وَقَاهُ اللهُ فِتْنَةَ الْقَبْرِ
“Tidak ada seorang muslimpun yang meninggal pada hari Jum’at atau malam Jum’at, kecuali Allah akan menjaganya dari fitnah kubur.” (HR. Ahmad, At-Tirmidzi. Hadits ini memiliki syahid dari hadits Anas, Jabir bin Abdillah g dan selain keduanya, maka hadits ini dengan seluruh jalannya hasan atau shahih)

Keempat: syahid di medan perang. Allah Subhaanahu Wa Ta’ala  berfirman:
“Dan janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati bahkan mereka hidup di sisi Rabb mereka dengan mendapatkan rizki. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka dan mereka beriang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang mereka (yang masih berjihad di jalan Allah) yang belum menyusul mereka. Ketahuilah tidak ada kekhawatiran atas mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. Mereka bergembira dengan nikmat dan karunia yang besar dari Allah dan Allah tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman.” (Ali Imran: 169-171)
Dalam hal ini ada beberapa hadits:
1. Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لِلشَّهِيْدِ عِنْدَ اللهِ سِتُّ خِصَالٍ: يُغْفَرُ لَهُ فِي أَوَّلِ دَفْعَةٍ مِنْ دَمِهِ، وَيُرَى مَقْعَدُهُ مِنَ الْجَنَّةِ، وَيُجَارُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَيَأْمَنُ الْفَزَعَ الْأَكْبَرَ، وَيُحَلَّى حِلْيَةَ الْإِيْمَانِ، وَيُزَوَّجُ مِنَ الْحُوْرِ الْعِيْنِ، وَيُشَفَّعُ فِي سَبْعِيْنَ إِنْسَانًا مِنْ أَقَارِبِهِ
“Bagi orang syahid di sisi Allah ia beroleh enam perkara, yaitu diampuni dosanya pada awal mengalirnya darahnya, diperlihatkan tempat duduknya di surga, dilindungi dari adzab kubur, aman dari kengerian yang besar (hari kiamat), dipakaikan perhiasan iman, dinikahkan dengan hurun ‘in (bidadari surga), dan diperkenankan memberi syafaat kepada tujuh puluh orang dari kalangan kerabatnya.” (HR. At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad dengan sanad yang shahih)
2. Salah seorang sahabat Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam mengabarkan: Ada orang yang bertanya, “Wahai Rasulullah, kenapa kaum mukminin mendapatkan fitnah (ditanya) dalam kubur mereka kecuali orang yang mati syahid?” Beliau Shallallaahu ‘alaihi wasallam menjawab:
كَفَى بِبَارَقَةِ السُّيُوْفِ عَلَى رَأْسِهِ فِتْنَةً
“Cukuplah kilatan pedang di atas kepalanya sebagai fitnah (ujian).” (HR. An-Nasa`i dengan sanad yang shahih)

Kelima: meninggal di jalan Allah Subhaanahu Wa Ta’ala.
Abu Hurairah Radhiyallaahu ‘anhu menyampaikan sabda Rasulullah n:
مَا تَعُدُّوْنَ الشَّهِيْدَ فِيْكُمْ؟ قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ، مَنْ قُتِلَ فِي سَبِيْلِ اللهِ فَهُوَ شَهِيْدٌ. قَالَ: إِنَّ شُهَدَاءَ أُمَّتِي إِذًا لَقَلِيْلٌ. قَالُوْا: فَمَنْ هُمْ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: مَنْ قُتِلَ فِي سَبِيْلِ اللهِ فَهُوَ شَهِيْدٌ, وَمَنْ مَاتَ فِي سَبِيْلِ اللهِ فَهُوَ شَهِيْدٌ، وَمَنْ مَاتَ فيِ الطَّاعُوْنَ فَهُوَ شَهِيْدٌ، وَمَنْ مَاتَ فِي الْبَطْنِ فَهُوَ شَهِيْدٌ، وَالْغَرِيْقُ شَهِيْدٌ
“Siapa yang terhitung syahid menurut anggapan kalian?” Mereka menjawab, “Wahai Rasulullah, siapa yang terbunuh di jalan Allah maka ia syahid.” Beliau menanggapi, “Kalau begitu, syuhada dari kalangan umatku hanya sedikit.” “Bila demikian, siapakah mereka yang dikatakan mati syahid, wahai Rasulullah?” tanya para sahabat. Beliau menjawab, “Siapa yang terbunuh di jalan Allah maka ia syahid, siapa yang meninggal di jalan Allah maka ia syahid, siapa yang meninggal karena penyakit tha’un2 maka ia syahid, siapa yang meninggal karena penyakit perut maka ia syahid, dan siapa yang tenggelam ia syahid.” (HR. Muslim)

Keenam: meninggal karena penyakit tha’un. Selain disebutkan dalam hadits di atas juga ada hadits dari Anas bin Malik Radhiyallaahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:
الطَّاعُوْنُ شَهَادَةٌ لِكُلِّ مُسْلِمٍ
“Tha’un adalah syahadah bagi setiap muslim.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Aisyah Radhiyallaahu ‘anha pernah bertanya kepada Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam tentang tha’un, maka Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam mengabarkan kepadanya:
إِنَّهُ كَانَ عَذَابًا يَبْعَثُهُ اللهُ عَلىَ مَنْ يَشَاءُ، فَجَعَلَهُ اللهُ رَحْمَةً لِلْمُؤْمِنِيْنَ، فَلَيْسَ مِنْ عَبْدٍ يَقَعُ الطَّاعُوْنُ فَيَمْكُثُ فِي بَلَدِهِ صَابِرًا يَعْلَمُ أَنَّهُ لَنْ يُصِيبَهُ إِلاَّ مَا كَتَبَ اللهُ لَهُ، إِلاَّ كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ الشَّهِيدِ
“Tha’un itu adalah adzab yang Allah kirimkan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Maka Allah jadikan tha’un itu sebagai rahmat bagi kaum mukminin. Siapa di antara hamba (muslim) yang terjadi wabah tha’un di tempatnya berada lalu ia tetap tinggal di negerinya tersebut dalam keadaan bersabar, dalam keadaan ia mengetahui tidak ada sesuatu yang menimpanya melainkan karena Allah telah menetapkan baginya, maka orang seperti ini tidak ada yang patut diterimanya kecuali mendapatkan semisal pahala syahid.” (HR. Al-Bukhari)

Ketujuh: meninggal karena penyakit perut, karena tenggelam, dan tertimpa reruntuhan, berdasarkan sabda Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam:
الشُّهَدَاءُ خَمْسَةٌ: الْمَطْعُوْنُ وَالْمَبْطُوْنُ وَالْغَرِقُ وَصاَحِبُ الْهَدْمِ وَالشَّهِيْدُ فِي سَبِيْلِ اللهِ
“Syuhada itu ada lima, yaitu orang yang meninggal karena penyakit tha’un, orang yang meninggal karena penyakit perut, orang yang mati tenggelam, orang yang meninggal karena tertimpa reruntuhan, dan orang yang gugur di jalan Allah.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari hadits Abu Hurairah z)

Kedelapan: meninggalnya seorang ibu dengan anak yang masih dalam kandungannya, berdasarkan hadits Ubadah ibnush Shamit Radhiyallaahu ‘anhu. Ia mengabarkan bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam menyebutkan beberapa syuhada dari umatnya di antaranya:
الْمَرْأَةُ يَقْتُلُهَا وَلَدُهَا جَمْعَاءَ شَهَادَةٌ، يَجُرُّهَا وَلَدُهَا بِسَرَرِهِ إِلَى الْجَنَّةِ
“Wanita yang meninggal karena anaknya yang masih dalam kandungannya adalah mati syahid, anaknya akan menariknya dengan tali pusarnya ke surga.” (HR. Ahmad, Ad-Darimi, dan Ath-Thayalisi dan sanadnya shahih)

Kesembilan: meninggal dalam keadaan berjaga-jaga (ribath) fi sabilillah.
Salman Al-Farisi Radhiyallaahu ‘anhu menyebutkan hadits Rasulullah n:
رِبَاطُ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ خَيْرٌ مِنْ صِيَامِ شَهْرٍ وَقِيَامِهِ، وَإِنْ مَاتَ جَرَى عَلَيْهِ عَمَلُهُ الَّذِي كَانَ يَعْمَلُهُ، وَأًُجْرِيَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ وَأَمِنَ الْفَتّاَنَ
“Berjaga-jaga (di jalan Allah) sehari dan semalam lebih baik daripada puasa sebulan dan shalat sebulan. Bila ia meninggal, amalnya yang biasa ia lakukan ketika masih hidup terus dianggap berlangsung dan diberikan rizkinya serta aman dari fitnah (pertanyaan kubur).” (HR. Muslim)

Kesepuluh: meninggal dalam keadaan beramal shalih.
Hudzaifah Radhiyallaahu ‘anhu menyampaikan sabda Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam:
مَنْ قَالَ: لاَ إِلهَ إِلاَّ الله ابْتِغَاءَ وَجْهِ اللهِ خُتِمَ لَهُ بِهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ. وَمَنْ صَامَ يَوْمًا ابْتِغَاءَ وَجْهِ اللهِ خُتِمَ لَهُ بِهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ. وَمَنْ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ ابْتِغَاءَ وَجْهِ اللهِ خُتِمَ لَهُ بِهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ
“Siapa yang mengucapkan La ilaaha illallah karena mengharapkan wajah Allah yang ia menutup hidupnya dengan amal tersebut maka ia masuk surga. Siapa yang berpuasa sehari karena mengharapkan wajah Allah yang ia menutup hidupnya dengan amal tersebut maka ia masuk surga. Siapa yang bersedekah dengan satu sedekah karena mengharapkan wajah Allah yang ia menutup hidupnya dengan amal tersebut maka ia masuk surga.” (HR. Ahmad, sanadnya shahih)

Kesebelas: meninggal karena mempertahankan hartanya yang ingin dirampas orang lain. Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ قُتِلَ دُوْنَ مَالِهِ فَهُوَ شَهِيْدٌ
“Siapa yang terbunuh karena mempertahankan hartanya maka ia syahid.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin ‘Amr c)
Abu Hurairah Radhiyallaahu ‘anhu berkata: Datang seseorang kepada Rasulullah n, ia berkata, “Wahai Rasulullah, apa pendapatmu bila datang seseorang ingin mengambil hartaku?” Beliau menjawab, “Jangan engkau berikan hartamu.” Ia bertanya lagi, “Apa pendapatmu jika orang itu menyerangku?” “Engkau melawannya,” jawab beliau. “Apa pendapatmu bila ia berhasil membunuhku?” tanya orang itu lagi. Beliau menjawab, “Kalau begitu engkau syahid.” “Apa pendapatmu jika aku yang membunuhnya?” tanya orang tersebut. “Ia di neraka,” jawab beliau. (HR. Muslim)

Keduabelas: meninggal karena membela agama dan mempertahankan jiwa/membela diri.
Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda:
مَنْ قُتِلَ دُوْنَ مَالِهِ فَهُوَ شَهِيْدٌ، وَمَنْ قُتِلَ دُوْنَ أَهْلِهِ فَهُوَ شَهِيْدٌ، وَمَنْ قُتِلَ دُوْنَ دِيْنِهِ فَهُوَ شَهِيْدٌ، وَمَنْ قُتِلَ دُوْنَ دَمِهِ فَهُوَ شَهِيْدٌ
“Siapa yang meninggal karena mempertahankan hartanya maka ia syahid, siapa yang meninggal karena membela keluarganya maka ia syahid, siapa yang meninggal karena membela agamanya maka ia syahid, dan siapa yang meninggal karena mempertahankan darahnya maka ia syahid.” (HR. Abu Dawud, An-Nasa`i, dan At Tirmidzi dari Sa’id bin Zaid Radhiyallaahu ‘anhu dan sanadnya shahih)

Do’a Agar Meninggal Husnul Khotimah
Banyak do’a yang dipanjatkan oleh orang- orang muslim agar meninggal dalam husnul khotimah. Namun do’a yang terbaik adalah do’a ma’tsur (do’a yang ada di dalam Al-Qur’an atau yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW). Di bawah ini beberapa contoh do’a husnul khotimah:
“Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya Kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu): "Berimanlah kamu kepada Tuhanmu", Maka Kamipun beriman. Ya Tuhan Kami, ampunilah bagi Kami dosa-dosa Kami dan hapuskanlah dari Kami kesalahan-kesalahan Kami, dan wafatkanlah Kami beserta orang-orang yang banyak berbakti. (QS. Ali Imran: 193)
"Ya Tuhan Kami, Limpahkanlah kesabaran kepada Kami dan wafatkanlah Kami dalam Keadaan berserah diri (kepada-Mu)". ( QS. Al- A’raf: 126)

Rasulullah SAW bersabda
اَللَّهُمَّ اجْعَلْ خَيْرَ عُمْرِي آخِرَهُ، وَخَيْرَ عَمَلِي خَوَاتِيمَهُ، وَخَيْرَ أَيَّامِي يَوْمَ أَلْقَاكَ فِيهِ.
“Ya Allah, jadikanlah sebaik-baik umurku adalah umur yang terakhirnya, sebaik-baik amalku adalah amal-amal penutupannya dan sebaik-baik hariku adalah hari saat aku menghadap-Mu.” (HR. Ath-Thabarani dalam Al-Mu’jam Al-Ausath. Al-Hafizh Nuruddin Al-Haitsami dalam Majmauz Zawaid wa Mambaul Fawaid, 10/158 no. 17267 menshahihkan sanadnya)

APABILA ANAK ADAM MENINGGAL DUNIA, TERPUTUSLAH SEGALA AMALNYA KECUALI TIGA:
1.       SHADAQAH JARIYAH
2.       ILMU YANG BERMANFAAT
3.       ANAK  SHALEH YANG MENDO’AKAN ORANG TUANYA.

Tawakal Kepada Allah

Tawakal Kepada Allah

Dalam hidup sudah pasti akan adanya ujian dan cobaan dari Allah swt, dan kita sebagai manusia harus siap menerima apapun keputusan Allah dalam perjalanan hidup kita, kita harus tawakkal dan berserah diri penuh kepada-Nya.

Allah SWT berfirman : "Sebab itu bertawakkalah kepada Allah, sesungguhnya kamu berada di atas kebenaran yang nyata." ( QS. An Naml : 79 )

Kita bisa pahami dari ayat yang mulia diatas Allah swt memerintahkan kepada kita untuk selalu bertawakkal kepada semua keputusannya, karena semua keputusan Allah adalah benar, nyata, dan mempunyai hikmah dibalik itu, dan Allah sangat menyukai orang-orang yang bertawakkal, seperti dalam firman nya,

"Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya." ( QS. Ali ‘Imran : 159 )
"Dan bertawakkalah kepada Allah, dan hanya kepada Allah sajalah orang-orang mukmin itu harus bertawakkal." ( QS. Al Maa’idah : 11 )

Kalau kita ingin benar-benar menjadi seorang muslim yang mu’min berserahlah kepadanya jadikan Allah SWT Pelindung didalam semua kehidupan kita. Sebagaimana dalam firman-Nya,
"Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman." ( QS. Al Maa’idah : 23 )
"Dan tawakkalah kepada Allah. Cukuplah Allah menjadi Pelindung."( QS. An Nisaa’ : 81 )

Nabi Muhammad SAW bersabda : "Apabila kalian bertawakkal kepada Allah sebenar-benarnya bertawakkal niscaya Allah swt akan memberikan rizki kepada kalian seperti Allah swt memberikan rizki kepada burung yang berangkat pagi masih lapar dan pulang telah kenyang."
Nabi Ibrahim as berkata : "Hasbunallah wa ni’mal wakiil" ketika beliau akan dilemparkan kedalam api, ini tawakkal yang begitu tinggi yang dicontohkan para nabi.
Nabi Muhammad SAW dan orang-orang yang beriman pun berkata yang sama ketika Ayat berkata kepada mereka : "(Yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: “Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka”, maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: “Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung." (WS.  Ali ‘Imran : 173 )

Berkata orang-orang Shaleh : "Siapa orang yang Ridha’, menerima dan menjadikan Allah SWT sebagai pelindungnya dan bertawakkal kepadanya maka dia akan mendapatkan jalan kebaikan."
Marilah bersama-sama kita benar-benar berserah diri kepada-Nya, mudah-mudahan kita menjadi orang-orang yang benar-benar bertawakkal kepada Allah SWT. Hasbunallah wa ni’mal wakiil.

Misi Suci Para Nabi

Misi Suci Para Nabi

"Hai Manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu. (Muhammad dengan Mu'jizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al Quran)." (QS. An Nisaa' : 174)

Didalam Al Qur'an banyak sekali ayat yang menyebutkan tentang Rasul dengan berbagai aspeknya. Salah satu aspek yang disebutkan adalah misi yang diemban oleh para Rasul. Pemahaman tentang misi ini menjadi sesuatu yang penting agar kita menyadari bahwa diutusnya Rasul Saw ke muka bumi ini memang menjadi kebutuhan manusia. Tugas manusia di muka bumi ini pada hakikatnya hanya beribadah kepada Allah dalam berbagai aspek kehidupan. Untuk bisa melaksanakan tugas ini, diperlukan adanya penggunaan peraturan dari Allah. Karena itu tentu saja diperlukan seorang Rasul yang menyampaikan ajaran dari Allah itu.

Misi Suci Para Nabi
Paling tidak ada enam misi yang diemban oleh Rasul Saw yang disebutkan didalam Al Qur'an. Bila kita pahami keenam misi itu, jelas bagi kita bahwa mengimani dan mengikuti Rasul menjadi sesuatu yang sangat penting.
Diantara misi para nabi, khususnya Rasulullah Saw adalah :

1. Memperkenalkan dan Menyembah Allah SWT
Manusia yang lemah sangat membutuhkan penyembahan kepada yang Maha Kuat. Karena itu manusia sangat penting diperkenalkan tentang Tuhan Yang Maha Kuasa, sehingga manusia menyembah kepada Tuhan yang benar. Bila tidak, maka manusia akan mencari sendiri Tuhan itu dan sangat banyak manusia yang akhirnya tidak menemukan Tuhan yang benar.
Karena itu Allah Swt mengutus para Rasul dari Adam As sampai Muhammad Saw guna memperkenalkan kepada manusia bahwa sesungguhnya yang berkuasa di dunia dan akhirat adalah Allah Swt. Setiap orang harus menghamba kepada-Nya.
Allah Swt berfirman : "Dan Kami tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya : "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang benar) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku" (Qs. Al Anbiyaa : 25)

2. Menegakkan dan Menjaga Agama
Agama merupakan salah satu kebutuhan manusia dalam hidup ini. Tanpa berpedoman pada agama yang benar kehidupan manusia akan kacau balau. Kenyataan ini telah berlangsung dari generasi ke generasi, dari abad ke abad sehingga bila suatu masyarakat mengabaikan tuntunan agama yang benar, maka kekacauan akan terus terjadi.
Dengan demikian, kedudukan islam sebagai satu-satunya agama yang benar menjadi sangat penting. Karena itu Rasul juga diutus untuk menegakkan agama Islam yang benar meskipun tantangannya begitu besar.
Allah Swt berfirman : "Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar. Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang-orang musyrik benci." (QS. Ash Shaf : 9)

3. Membawa Berita Gembira dan Peringatan
Allah Swt mengutus para Rasul yang salah satu tugasnya adalah dengan membawa berita gembira dengan menjanjikan surga bagi manusia yang mau berbuat kebaikan, serta memberi peringatan dan ancaman siksa neraka yang begitu pedih bagi orang yang tidak mau berlaku baik. Dengan berita gembira dan ancaman yang disampaikan para Rasul, diharapkan manusia akan mengikuti segala ketentuan islam yang dibawa para Rasul.
Allah Swt berfirman : "(Maka Kami utus) selaku Rasul-rasul pembawa berita gembira dan peringatan agar tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya Rasul-rasul itu. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS An Nisaa : 165)

4. Memberikan Keteladanan yang Positif
Manusia tentu menghendaki kehidupan dunia yang baik yang berakibat pada kehidupan yang baik pula di akhirat. Untuk bisa menjalani kehidupan yang baik itu diperlukan keteladanan yang baik. Apalagi meniru orang lain merupakan salah satu bagian yang terpisahkan pada diri manusia.
Dalam katian ini diperlukan figur-figur teladan dalam membentuk kepribadian manusia. Allah Swt menjadikan Rasulullah Saw sebagai teladan yang harus ditiru oleh umat manusia.
Allah swt berfirman : "Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah." (QS. Al Ahzaab : 21)

5. Mengatasi Perselisihan
Di dunia ini banyak sekali persoalan atau permasalahan yang tidak semua bisa dipecahkan dan di atasi. Akibatnya sering terjadi perselisihan antara manusia satu dengan yang lainnya. Bahkan tak sedikit akibat dari perselisihan itu hubungan baik sesama manusia jadi terputus.
Agar persoalan dan permasalahan bisa teratasi dan terpecahkan, maka Allah mengutus para Nabi. Allah swt berfirman : "Dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur'an) ini, melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka perselisihan itu dan menjadi petunjuk serta rahmat bagi kaum yang beriman." (QS An Nahl : 64)

6. Menyelamatkan Manusia dari Kesesatan
Dari jaman ke jaman terdapat manusia yang sesat dari jalan hidup yang benar. Kesesatan itu tejadi karena manusia tidak mau menggunakan petunjuk-petunjuk yang datang dari Allah swt. Kesesatan manusia tidak hanya mengakibatkan kerugian dan penderitaan terhadap sesama, tapi yang lebih penting lagi adalah menurunnya martabat manusia menjadi rendah bahkan lebih rendah dari derajat binatang.
Dengan kesesatan itu jiwa manusia menjadi kotor dan dengan kekotoran jiwa manusia sulit menerima nasihat-nasihat yang bisa mengarahkan jalah hidupnya pada jalan yang benar. Karena itu Allah Swt mengutus Rasul guna membacakan ayat-ayat Allah, mensucikan jiwa mereka lalu menanamkan ke dalam hati mereka petunjuk yang berasal dari kitab dan sunah, agar manusia kembali ke jalan yang benar.
Allh swt berfirman : "Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang rasul diantara mereka, yang membacakan ayat-ayatNya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengerjakan kepada mereka kitab dan hikmah. Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata." (QS Al Jum'ah : 2)

Profil Muslim Ideal

Profil Muslim Ideal

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu kedalam islam secara total, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan, sesungguhnya syaitan itu musuhmu yang nyata.” (QS. Al Baqarah : 208)

Amal yang harus dilakukan pertama kali oleh seorang muslim adalah memperbaiki diri (islahunnafsi). Perbaikan diri harus dilakukan dengan berbagai cara dan sarana hingga mampu meningkatkan derajat kemusliman kita menjadi muslim ideal.

Pribadi muslim ideal inilah yang kelak menentukan keberhasilan kerja berikutnya. Perbaikan keluarga dan masyarakat akan berjalan mulus ketika agen perubahannya terdiri dari orang-orang yang memiliki komitmen kepada islam. Begitulah tabiat al Islam. Ia tidak akan dapat diperjuangkan, kecuali oleh mereka yang siap menerimanya dalan segala aspeknya. Ironis jadinya bila seorang ingin memperjuangkan islam sementara dirinya jauh dari bimbingan islam. Simaklah sindiran Allah swt dalam Al Qur’an.
“Adakah patut kamu suruh manusia berbuat kebajikan dan kamu lupakan dirimu sendiri, sedang kamu membaca KItab. Tidakkah kamu berfikir?” (QS Al Baqarah : 44)
Untuk itu wajib bagi kita untuk melakukan perbaikan diri terlebih dahulu.  Dan perbaikan diri mesti dilakukan secara optimal hingga menraih 10 ciri muslim ideal.

1.    Bersih Aqidahnya (Saliimul Aqidah)
Dengan  adanaya aqidah yang bersih hubungan dengan Allah swt betul-betul baik dan benar. Allah swt menjadikan nur baginya, dan ia berjalan dengan nur itu. Kepadanya berhak atas surge yang penuh kenikmatan.
“Barang siapa yang rela Allah sebagai Robnya, Islam sebagai agamanya, dan Muhammad sebagai Nabi dan Rasulnya maka berhak baginya mendapatkan surga.” (HR Muslim )
Mereka itu senantiasa menjalin hubungan dengan Allah, berniat ikhlas dalam setiap kegiatan dan selalu mengingat akan hari akhir yang dijanjikan-Nya. Mereka juga senantiasa memelihara kesucian jiwa dan bathinnya, menyemai ruh dan niat berjuang demi Islam serta mempersiapkan diri dengan persiapan yang sempurna. Setiap saat menghindarkan diri dari pengaruh yang dapat menyeret kepada perbuatan haram. Mereka terbebas dari penyakit tahayul,syirik,khurafat, dan semata-mata mengabdi kepada Allah swt.
“Katakanlah sesungguhnya shalatku,ibadahku,pengabdianku,hidup dan matiku semua bagi Allah Tuhan semesta alam.” (QS Al An’am : 162)

2.    Benar Ibadahnya (Shahiihul Ibadah)
Allah swt adalah indah dan bagus dan tidak menerima amal kecuali yang bagus. Dia menginginkan agar kita beribadah secara ikhlas benar dan sempurna.
“Dan  mereka tidaklah disuruh, melainkan supaya menyembah Allah serta mengikhlaskan agama bagi-Nya.” (QS Al Bayyinah : 5)
Adapun kebenaran dan kesempurnaan ibadah terwujudnya ketika kita telah meneladani kepada cara-cara yang ditempuh oleh Rasulullah saw.
“Sesungguhnya pada diri Rasulullah itu ada teladan yang baik bagimu..” (QS Al Ahzab : 21)
Dalam beribadah tidak dibenarkan sikap berlebih-lebihan, sebaiknya tidak pula kikir dan mengada-ada.

3.    Terpuji Akhlaqnya (Matiinul Khuluq)
Yang dimaksud dengan akhlaq adalah suatu sifat yang tanpa adanya sifat tersebut sesuatu menjadi tidak indah. Rasulullah saw telah menjadi contoh kepada kita dengan keteladanan yang agung dalam bertingkah laku. Maka menjadi kewajiban kita mengikutinya. Allah swt telah member sanjungan kepada beliau Saw.
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berakhlaq agung.” (QS Al Qalam : 4)

4.    Kuat Fisiknya (Qowiyyul Jismi)
Rasulullah saw bersabda “Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah…” (HR Muslim)
Islam mengingatkan kita akan pentingnya fisik yang kuat,yang dengan itu kewajiban-kewajiban kita  sebagai muslim bisa dikerjakan. Dalam rangka menjaga kesehatan perlu melakukan olah raga apa saja asal tidak melanggar ketentuan islam. Faktor makanan, tempat tinggal juga mesti diperhatikan. Dan yang terpenting adalah jangan sampai makan dari makanan dan minuman yang haram.

5.    Mindidik Akal Pikirannya (Mutsaqqoful Fikri)
Muslim ideal adalah yang luas wawasannya. Tidak ada satupun kegiatan hidup seorang muslim yang tidak diikuti aktivitas pikiran meski sekecil apapun. Sedangkan derajat taqwa hanya bisa diraih bial kita berilmu.
“(Niscaya) Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah  Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al Mujaadilah : 11)

6.    Mampu Menundukkan Nafsumua (Mujahadatun Linafsihi)
Yang dimaksud adalah mengalahkan sifat-sifat yang mengarah kepada kejahatan. Setiap manusia mempunyai peluang untuk berbuat menyimpang dari kebenaran, terlebih lagi kalau hidap dalam lingkungan yang kurang baik. Dalam lingkungan seperti itu maka ilham yang masuk ke dalam diri kita lebih kuat adalah yang mengarah kepada kemaksiatan.
“Lalu diilhamkan kepadanya untuk berbuat sesat dan berbuat baik.” (QS Asy Syam : 8)
Hendaklah setiap kita bersungguh-sungguh dalam memerangi nafsu, sehingga melahirkan sikap terpuji bebas dari sikap dan tingkah laku yang tidak layak ditampilkan oleh seorang muslim.

7.    Menjaga Waktunya (Hariishun ‘ala Waqtihi)
Rasulullah saw bersabda : “Ada dua nikmat yang manusia sering melupakannya yaitu kesehatan dan waktu luang.”
Hasan Al Bana mengatakan : “Waktu adalah kehidupan itu sendiri.” Barang siapa dapat memanfaatkan waktu dengan baik maka dialah yang berhasil dalam mengarungi kehidupan ini. Lebih lanjut, Hasan Al Bana juga mengatakan “Kewajiban kita jauh lebih banyak daripada waktu yang kita miliki.”
Sebagai seorang makhluk cipataan Allah kita punya kewajiban yang banyak kepada Allah swt. Sebagai seorang suami kita punya kewajiban kepada istri dan anak, dan begitu sebaliknya sebagai seorang istri kita punya kewajiban kepada suami dan anak kita.

8.    Rapi dalam Semua Urusan (Munaadhamun fi Su’unihi)
Sebagai seorang muslim kita harus professional dalam segala segi. Dalam rangka mewujudkan amal yang baik, sisamping niat yang ikhlas dan evaluasi kerja dibutuhkan pula profesionalisme dalam penanganannya.
Adapun kerja dikatakan professional bila memenuhi tiga persyaratan, yaitu serius,semangat juang yang tinggi dan pengorbanan, serta kontinyu.
“Sesungguhnya Allah cinta apabila amal dari salah seorang diantara kamu adalah amal (kerja) yang profesioanal.” (HR Baihaqi)

9.    Bermanfaat Bagi Orang Lain (Naafi’un Lighairihi)
Muslim ideal adalah yang kehadirannya di tengah-tengah umat dirasakan betul manfaatnya. Manfaat dalam pengertian selalu mendatangkan perbaikan. Dalam kondisi umat islam demikian mundurnya, setiap kita mesti berfikir “Apa yang bisa saya lakukan saat ini untuk umat isalam?”
Sungguh merugi orang yang keberadaannya tidak bermanfaat bagi orang lain.

10.     Bisa Mandiri (Qaadirun ‘alal Kasbi)
Kemandirian amat diperlukan bagi tiap muslim dalam rangka mempertahankan prinsip hidupnya dan memperjuangkan agamanya. Ketergantungan kepada pihak lain sebenarnya telah mengurangi keleluasaan kita dalam berjuang. Telah banyak sejarah menulis,orang yang dulu tegar, lambat laun tapi pasti ketegarannya akan berkurang karena ketergantungan kepada pihak lain. Disinilah perlunya kita bisa berproduksi. Dengan produksi ini kita bisa menghidupi diri kita. Ingatlah bahwa sebaik-baik makanan adalah yang dihasilkan oleh tangan sendiri.
“Apabila telah di tunaikan shalat,maka bertebaranlah kamu dimuka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (QS Al Jumuah : 10)

Demikian sepuluh ciri muslim ideal,mudah-mudahan Allah memberi kekuatan dan kemudahan kepada kita untuk dapat menggapainya. Amin

Keutamaan Istighfar

Keutamaan Istighfar

Setiap insan memiliki peluang untuk berbuat baik dan melakukan kesalahan atau dosa. Karena itu, orang yang baik bukanlah yang bersih tanpa dosa. Orang yang baik adalah yang selalu mengakui kesalahannya, bertaubat,minta ampun kepada Allah SWT. seraya berusaha tidak mengulangi lagi tindakan dosa yang telah diperbuatnya.
Salah satu upaya pengakuan dosa dihadapan Allah SWT adalah melalui istighfar-memohon ampun atas dosa yang telah,sedang dan mungkin akan dilakukan di hari-hari yang akan datang. Istighfar merupakan suatu usaha dalam  mencapai kesucian jiwa dari segala kekeruhan dan kebusukan dosa. Istighfar juga merupakan upaya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. sehingga hanya orang-orang sombong sajalah yang enggan melakukan istighfar ini.
Agar kita semakin mantab melakukan amal kebajikan yang merupakan bagian dari aktifitas dzikrullah – yaitu istighfar ini – perlu kita ketahui keutamaan-keutamaannya. Diantaranya adalah :

1.    Merupakan Perintah Allah SWT.
Istighfar merupakan perintah Allah SWT. sehingga kita wajib menunaikannya. Sebagaimana firman Allah SWT : “Dan mohonlah ampun kepada Allah sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Al Baqarah : 199)
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu..” (QS Ali Imran : 133)

2.    Amal Yang Dilakukan Rasulullah SAW Setiap Hari
“Wahai manusia, bertaubatlah kepada Allah dan mintalah ampun (beristighfar) kepada-Nya,karena sesungguhnya aku (Muhammad SAW) biasa beristighfar dalam sehari seratus kali.” (HR Muslim)
Kalau Rasulullah yang dijamin masuk surga,diampuni segala dosa,dijaga dari segala kesalahan masih beristighfar seratus kali sehari, maka kita yang belum mendapatkan jaminan keselamatan ini seharusnya melakukan hal yang serupa, bahkan sebaiknya lebih dari seratus kali.

3.    Sarana Memperlancar Rejeki
Rasulullah SAW bersabda : “Barang siapa yang merasa diperlambat rizkinya, hendaklah dia memperbanyak istighfar kepada Allah SWT.” (HR Al Baihaqi dan Ar Rabii’)
Sabda Beliau yang lain : “Siapa yang memperbanyak istighfar, maka Allah SWT akan membebaskannya dari kedukaan,memberikan jalan keluar dari kesempitannya, member rizki dari arah yang tidak diduga-duga.” (HR Abu Dawud)

4.    Istighfar Mendatangkan Kenikmatan Yang Tiada Putus-putusnya
Bagi orang yang rutin dalam melakukan istighfar,baginya jaminan pahala kenikmatan hidup yang tiada putus-putusnya. Firman Allah SWT :
“Dan hendaklah kamu beristighfar kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-NYa. (Jika kamu mengerjakan hal ini) niscaya Dia (Allah) akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai waktu yang telah ditentukan …” (QS Hud : 37)

5.    Raji n Istighfar, Terbebas Dari Perasaan Tertekan dan Berduka
Dalam sebuah hadits diriwayatkan oleh Aisyah ra Rasulullah SAW bersabda : “Apabila dosa hamba Allah itu banyak dan ia tidak mempunyai amalan yang mampu menutupinya, maka (akan) dimasukkan ke dalam hatinya kedukacitaan (kegelisahan dan ketertekanan). Kedukacitaan itu sebagai penebus dosa-dosa yang diperbuatnya.” (Hadits Syarif)

6.    Istighfar Mendatangkan Keselamatan
Rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya Allah SWT menurunkan kepadaku dua kunci keselamatan bagi umatku, Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka,dan Allah tidak akan mengazab mereka selama mereka selalu beristighfar. Bila aku (Muhammad SAW) telah wafat, maka aku tinggalkan bagi kalian istighfar sampai hari kiamat.” (HR At Tirmidzi)

7.    Istighfar Mentramkan Hati
Ketika seseorang dilanda kegelisahan, cemas dan sesuatu yang membuat dia tidak tenang hatinya, maka satu jalan terbaik adalah memperbanyak istighfar. Karena istighfar termasuk bagian dari dzikrullah. Firman Allah SWT : “Ingatlah hanya dengan mengingat Allah, hati jadi tentram.” (QS Ar Ra’d : 28)

8.    Mendatangkan Ampunan Allah SWT
“Dan orang-orang yang apabila (terlanjur)  melakukan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka segera ingat Allah,lalu mohon ampun terhadap dosa-dosanya, dan siapakah yang dapat mengampuni dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan buruknya itu, sedang mereka menyadari. Balasan bagi mereka adalah ampunan dari Tuhan mereka.” (Qs Ali Imran : 135-136)

9.    Istighfar,Mendatangkan Rahmat Allah SWT
“Hendaklah kamu memintakan ampun (beristighfar) pada Allah, agar kamu mendapatkan rahmat.” (QS An Naml : 46)

10.    Orang Yang Istiqamah dalam Istighfar, Dicintai Oleh Allah SWT
“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang mensucikan diri.” (QS Al Baqarah : 222)

Demikianlah istighfar, sebuah amal yang ringan dan mudah dilakukan tapi memiliki keutamaan yang luar biasa. Akan tetapi ternyata masih banyak diantara kita yang enggan dan malas melakukannya. Padahal Imam Al Ghazalai dalam kita “At Taubat”  mengatakan “Bahkan daun timbangan (kebaikan) akan unggul berkat kebaikan-kebaikan kecil , sampai daun timbangan itu menjadi berat dan dapat mengalahkan daun timbangan keburukan. Oleh sebab itu amal yang kecil jangan diremehkan dan jangan anda enggan melakukannya.”
Mari kita memperbanyak istighfar, Astaghfirullahal ‘adziim alladzi laa ilaaha illa huwal hayyul qayyum wa atuubu ilaihi..

Makna Kalimat Syahadat

Makna Kalimat Syahadat

Secara bahasa (lughoh), syahadat berarti pernyataan (al-i’lanu, al-iqraru), janji (al-wa’du,al-mitsaq), dan sumpah (al-qasamu). Karena syahadat merupakan fi’il mudhori’, maka pernyataan, janji dan sumpah orang yang telah mengucapkan dua kalimat syahadat tidak hanya berlaku pada waktu diucapkan, tetapi juga pada waktu selanjutnya setiap detik menuntut tindak lanjut dari ucapan syahadat tersebut.

Setelah mengucapkan dua kalimat syahadat, sesungguhnya kita telah mengakui bahwa dunia ini tidak akan terwujud tanpa kuasa kreatif Allah SWT. Tak ada yang layak disembah, dipuja, ditakuti, ditaati aturannya dan sebagainya selain Allah SWT. Hanya Allah-lah Tuhan kita dan Tuhan jagad raya ini. Dia-lah yang menciptakan dan member rizki seluruh alam ini. Hidup dan mati ada pada perintah-Nya. Apapun yang diperoleh seorang hamba sebenarnya adalah anugerah-Nya. Dan apapun yang terlepas dari tangan seseorang, adalah sesungguhnya karena kehendak-Nya. Hanya Dia-lah yang harus ditakuti. Hanya Dia-lah yang berhak dipuja dan disembah.

Ibnu Qayyim mengatakan bahwa kata ilah (sesembahan) dalam kalimat syahadat bermakna; Zat yang harus dipertuhankan dengan sepenuh hati. Allah SWT adalah sumber kecintaan (mahabbah), keagungan (ijlal), ampunan (inabah), kemuliaan (ikram) dan kebesaran (‘azhim). Hal ini harus kita yakinkan dengan rasa kemuliaan rendah diri, kepasrahan, takut, harapan dan tawakal.

Ibnu Rajab juga mengatakan bahwa arti kata al-ilah (sesembahan) dalam kalimat syahadat adalah sesuatu yang harus ditaati. Kita pantang bermaksiat kepada-Nya dan harus mengagungkan-Nya dengan penuh rasa cinta, takut dan tawakal. Hanya kepada Allah SWT lah kita patut bertawakal dan meminta segala apa yang kita inginkan.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata bahwa arti kata al-ilah dalam kalimat syahadat adalah zat yang disembah dan ditaati (ma’budul mutho’). Ilah adalah sesuatu yang harus diibadahi dan dipertuhankan. Dan yang berhak diibadahi hanyalah Allah SWT yang merupakan pusat kerinduan (al-mahbud). Karena itu, kita haram mencari sesembahan lain selain Allah SWT, sebab menurut Zamakhsari, ilah adalah segala sesuatu termasuk jenis nama-nama yang terdapat pada sesembahan, baik yang hak maupun yang bathil.

Setelah memahami ini, kita pun menyadari bahwa masih banyak saudara kita sesama muslim yang belum mengerti makna dua kalimat syahadat. Sehinggan mereka bersedia menerima dan mengambil sesembahan selain Allah SWT. Mereka tidak merasa bahwa perbuatan mengeramatkan kuburan, keris, batu-batuan, jin bahkan menuhankan ideology atau manusia adalah perbuatan sesat yang mengarah pada kemusyrikan. Karena itu Imam Qurthubi mengatakan bahwa tidak cukup menjadi muslim hanya dengan mengucap dua kalimat syahadat. Ketauhidan seseoarang baru bisa dikatakan sah bila ia mengucapkan dua kalimat syahadat disertai dengan keyakinan hati, pemahaman, keikhlasan, kejujuran dan rasa tanggung jawab. Tanpa adanya itu, syahadat seseorang tidak berarti apa-apa.

Peran Pemuda Islam Menatap Masa Depan

Peran Pemuda Islam Menatap Masa Depan

Kehidupan manusia didunia ini semenjak lahir sampai dengan matinya bisa dibagi menjadi tiga fase menurut kondisi fisik jasmaninya, yaitu lemah (masa kanak-kanak),kuat (pemuda) dan kembali lemah dan beruban (orang lanjut usia).
Pada fase pertama boleh dikatakan peran seseorang belum nampak. Hal ini disebabkan kondisi fisik dan mental seorang baru berkembang. Dia belum banyak berbuat untuk orang lain. Sebaliknya pada fase ketiga, manusia lanjut usia juga telah mengalami penurunan kemampuan, baik kemampuan fisik maupun intelektual untuk banyak berkiprah di tengan kehidupan masyarakat. Banyak aktivitas yang dulu sanggup dijalanainya sekarang terpaksa harus direlakan untuk dikerjakan oleh orang lain,terlebih lagi bagi mereka yang sudah jompo dan sakit-sakitan.
Oleh karena itu fase puncak seseorang untuk bisa berbuat lebih banyak terletak pada fase kedua yaitu masa muda.
Betapa tidak, pada masa itu kondisi fisik,intelektual dan semangat seseorang betul-betul berada pada puncaknya. Tak heran bila aktivitas para pemuda ada di berbagai bidang kehidupan yang keras dan menantang. Mereka yang berjaya diberbagai bidang olah raga yang berjuang di garis depan semua peperangan,yang tekun menuntut ilmu yang pelik-pelik,serta mereka yang menuntut perubahan mendasar di tengah kejumudan masyarakat dimanapun dan kapanpun kebanyakan dipelopori oleh para pemuda. Masa muda adalah masa yang sangat menentukan kehidupan hari-hari berikutnya. Gagal memanfaatkan waktu muda dengan baik, alamat akan banyak menemui hari-hari sulit masa depan. Oleh karena itu tidak berlebihan kiranya masa ini merupakan waktu yang paling berharga dan mahal.
Karena demikian banyak peran dan kemampuan yang dimiliki oleh para pemuda, tidak mengherankan bila kelompok ini menjadi rebutan banyak pihak. Banyak organisasi ataupun perkumpulan yang dibentuk untuk mewadahi dan menyalurkan potensi mereka. Mulai dari tingkat kampung sampai negara dan internasional dari kegiatan keagamaan,sosial maupun politik,bahkan samapi hal yang negatif sekalipun.
Rasulullah SAW bersabda : “Manfaatkan lima kesempatan sebelum datangnya lima kesempatan yang lain, manfaatkan masa mudamu sebelum masa tuamu....“ (HR At Tirmidzi)
Lalu, apa peran pemuda yang bisa diharapkan pada masa kini?

1.    Miningkatkan pemahaman terhadap agama
Tidak bisa dipungkiri bahwa pemahaman yang benar dan menyeluruh terhadap islam merupakan suatu kenikmatan besar yang diberikan oleh Allah SWT kepada hamba-Nya. Dengan pemahaman yang baik,seorang mampu melangkah dalam kehidupan ini dengan selamat. Sebaliknya tanpa memiliki pemahaman ini niscaya orang akan celaka, meskipun dia merasa telah beramala shalih.
Rasulullah SAW bersabda : “Barang siapa yang akan diberi kebaikan oleh Allah, maka akan dipandaikan dalam masalah agama.” (HR Bukhari)
Upaya untuk memahami, agama ini tidak dapat dilakukan sambil lalu atau sekedar mengisi kekosongan waktu, akan tetapi hendaklah dilakukan secara terus menerus,menyeluruh dan terprogram dengan baik. Ibarat tubuh yang memerlukan makanan,maka makanan tersebut bersifat kontinyu sepanjang hayat,mencukupi gizi yang seimbang dan bervariasi.
Al Qur’an dan As sunah sebagai acua pokok kita harus dikaji terus dengan cara pandang salafus shalih. Dengan pemahaman ini, kita terdorong untuk beramal shalih yang memiliki dimensi vertikal maupun horisontal.

2.    Meningkatkan ilmu
Selagi usia masih muda,maka menambah bekal perjalanan berupa ilmu-ilmu pengetahuan yang bermanfaat merupakan keniscayaat bagi orang yang ingin sukses. Islam memberikan pengharggan yang tinggi kepada orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan. Tegaknya agama Allah SWT dimuka bumi ini sangat membutuhkan ilmu. Oleh karena itu menuntut ilmu setinggi mungkin bagi seorang mukmin merupakan bagian dari menggapai izzah islam dan kaum muslimin. Mendirikan lembaga-lembaga pendidikan islami, meraih gelar sarjana,master maupun doktor seyogyanya merupakan bagian dari pendidikan Islam.

3.    Mengembangkan ke trampilan yang bermanfaat
Seorang pemuda islam yang hidup di era globalisasi saat ini mau tidak maum harus berusaha memiliki ketrampilan agar tidak menjadi penonton dalam peradaban masyarakt modern. Kemunduran  umat islam di abad-abad terakhir ini tidak lepas dari lemahnya ketrampilan dan daya cipta kaum muslimin.
Banyak tenaga terdidik yang bertahun-tahun belum mendapatkan kerja,merupakan bukti nyata bahwa keterampilan kita perlu untuk ditumbuh kembangkan. Penguasaan akan bahasa asing sebagai alat komunikasi,ketrampilan aplikasi komputer,kerja praktis,dsb merupakan permasalahan nyata yang kita hadapi.

4.    Menyebarkan dakwah
Tidak dipungkiri lagi bahwa pemuda merupakah agen perubahan dalam masyarakat. Sejarah islam telah memcatat dengan indah betapa banyak pemuda yang menjadi pelaku dakwah, dan mereka berhasil membangun peradaban gemilang. Tak pelak lagi bahwa tugas mulia ini sekarang diembankan secara estafet di pundak kita.
Kerusakan akidah dan akhlak yang melanda umat manusia di dunia ini tidak akan selesai hanya dengan diratapi dan ditonton. Kita perlu proaktif untuk memberi solusi alternatif terbaik,dengan menampilkan islam secara indah. Jangan sampai keindahan islam terututup oleh kaum muslimin itu sendiri.

Mata Yang Takkan Menangis

Mata Yang Takkan Menangis

Dalam sebuah hadits yang berasal dari Hasan Basri Rasulullah SAW bersabda : “Setiap mata manusia di akhirat nanti pasti akan menangis, kecuali empat mata :

1.    Mata yang tercongkel keluar dalam perang fi sabilillah
2.    Mata yang menangis (selalu di dunia) karena takut kepada Allah
3.    Mata yang diajak jaga malam (tahajud) karena takut kepada Allah
4.    Mata yang diajak jaga (memelihara) pasukan di bekalang umat Islam
 
Dalam hadits lain menegaskan :”Setiap mata pada hari kiamat nanti pasti akan menangis, kecuali tiga :

1.    Mata yang menangis di dunia karena takut kepada Allah
2.    Mata yang dipejamkan dari larangan Allah
3.    Mata yang dibuat jaga dalam perang fi sabilillah

Dari dua hadits diatas, maka dapat diambil pelajaran bahwa di akhirat nanti semua umat manusia akan menangis, yaitu menyesal sejadi-jadinya karena tidak beramal shaleh waktu hidup di dunia. Akan tetapi ada 4 kelompok yang tidak akan menangis, karena telah banyak melakukan amal shaleh sewaktu di dunia, yaitu :

Pertama
Mata yang menangis di dunia karena takut kepada Allah, karena merenungi kebesaran Allah, karena merenungi kebodohan diri dan karena menyesali kesalahan yang pernah dilakukan.

Nabi Adam AS. menangis  selama 100 tahun sebagai rasa penyesalan diri karena memakan buah khuldi (buah yang dilarang Allah untuk dimakan), sehingga dari air matanya mengalir menjadi sebuah lembah yang diberi nama lembah Sarandih. Nabi Nuh AS. juga menangis selama 300 tahun kerena ditegur oleh Allah tentang putranya (Kan’an) yang ingkar, sehingga pipinya menjadi cekung.

Abu Bakar Ash Shidiq ra sering menangis waktu membaca Al Qur’an. Pada suatu hari Abu Bakar disuruh oleh Rasulullah SAW untuk menggantikan menjadi imam shalat. Namun serta merta disanggah oleh Aisyah :”Ya Rasulullah, ayahanda jangan disuruh menjadi imam” . Mengapa? Tanya Rasulullah. “Kerena ayah sering menangis kalau membaca Al Qur’an.” Jawab Aisyah. “Tidak apa-apa. Itu pertanda positif.” Tegas Rasulullah SAW.

Suatu hari Umar bin Khatab ra ketika berkumpul dengan para sahabat tiba-tiba menangis sejadi-jadinya seperti anak kecil, lantaran pernah mengubur hidup-hidup anaknya sebelum masuk Islam.
Lalu bagaimana dengan kita? Pernahkan kita menangis karena merenungi kebesaran Allah atau karena menyesali kesalahan kita? Yang ada kita hanya tertawa, bahkan sampai tebahak-bahak. Kita lebih banyak tertawa dan tak pernah menangis. Bahkan ada pelawak yang berkata : “Tertawalah sebelum ada undang-undang yang melarang kita tertawa.”

Allah SWT memperingatkan kita dalam firmannya :
”Maka apakah kamu merasa heran terhadap pemberitaan ini? Dan kamu menertawakan dan tidak menangis? Sedangkan kamu melengahkannya? Maka bersujudlah kepada Allah dan sembahlah (Dia).” (QS An Najm : 59-62)

Ada 3 perkara yang menyebabkan hati kita keras membatu :
1.  Terlalu banyak tertawa. Sebab gelak tawa seseorang menyebabkan dia lengah atau lupa kepada urusan akhirat.
2.  Terlalu banyak makan. Sebab jika seseorang kekenyangan, mata menjadi ngantuk dan jika ngantuk pasti lupa urusan akhirat.
3.  Omong kosong atau berbicara yang tidak ada perlunya. Apalagi kalau sambil dusta atau memperolok-olokkan orang lain.
4.  Nabi SAW bersabda :”Celakalah orang yang berdusta untuk membuat bahan tertawa bagi manusia. Celaka dia,celaka dia. Nabi mengulanginya tiga kali.”

Kedua
Mata  yang dipejamkan dari segala larangan Allah. Artinya yang tidak mau menoleh apalagi mengerjakan larangan Allah. Sumber dosa itu ada dua : mengerjakan larangan Allah dan meninggalkan perintah-Nya.

Meninggalkan larangan Allah sering lebih berat daripada mengerjakan perintah-Nya. Banyak orang yang mampu melaksanakan perintah-perintah Allah, tetapi sering tidak mampu meninggalkan larangan-Nya. Dalam kehidupan bermasyarakatpun, ternyata nahi mungkar jauh lebih berat daripada amar ma’ruf. Kita dengan mudah mengajak orang untuk mendirikan shalat, mengajak berpuasa, dan sebagainya. Tapi mampukah kita melarang orang berjudi dikampung kita? Ini adalah tantangan bagi kita dalam menegakkan kalimah Allah SWT. Manusia jaman ini sedang kehilangan rasa, yaitu rasa malu berbuat dosa.

Ketiga
Mata yang selalu diajak bangun malam (tahajud). Tahajjud adalah satu-satunya shalat sunah yang secara tersurat tertulis dalam Al Qur’an.

“Dan pada sebagian malam hari shalat tahajjudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagi kamu. Mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat(derajatmu)mu ke tempat yang terpuji.” (QS Al Isra : 79)

Shalat tahujjud adalah shalat sunah yang paling utama setelah shalat sunah rawatib (shalat sunah yang mengiringi shalat fardhu). Terutama apabila dilaksanakan menjelang shalat subuh. Sehingga begitu istimewanya, Allah abadikan di dalam Al Qur’an dan bagi yang melaksanakan Insya Allah akan dinaikkan derajatnya ke tempat yang terpuji, baik terpuji dihadapan manusia maupun di hadapan Allah SWT. Hal ini karena untuk mengerjakannya cukup berat. Ditengah keheningan malam dengan buaian mimpi indah, dan orang lain sedang tidur terlelap, lalu kita bangun untuk mengerjakan amal shalat.
Ada ungkapan arab yang berbunyi : “Segeralah tidur dan segeralah bangun, beruntunglah hidupmu.”

Keempat
Mata yang diajak jaga malam dalam perang fi sabilillah. Artinya mata yang selalu siaga terhadap kemungkinan yang membahayakan umat Islam. Sebab kita sebenarnya selalu diintai musuh-musuh Islam sebagai rivalnya.
Ciri muslim yang baik adalah yang kehidupannya seperti lebah. Tenang, tentram tidak membuat kerusakan. Dimanapun lebah hinggap, tidak ada dahan yang patah. Bahkan selalu mengawinkan benang sari, sehingga terjadi pembuahan. Tetapi kalau sarang lebah dirusak, ia tidak segan-segan untuk mengejar pelakunya. Bahkan sampai menyelam di airpun ia tunggui. Demikian pula kehidupan kita yang baik, tidak membuat kerusakan. Tetapi kalau kita dirusak, jangan surut mundur ke belakang, tetapi kita bela agama Allah SWT.

Berbakti Kepada Orang Tua

Berbakti Kepada Orang Tua

Kewajiban paling besar yang harus ditunaikan oleh seorang hamba setelah kewajibannya kepada Allah  dan Rasul-Nya adalah berbakti kepada orangtua, sebagimana yang Allah swt perintahkan dalam Al Quran surat An Nisaa’ ayat 36 :

“Dan beribadahlah kepada Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat, tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri.”

Rasulullah saw juga telah menyebutkan besarnya keutamaan berbakti kepada orangtua. Bahkan lebih besar dari jihad di jalan Allah. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam Ash-Shahihain, dari sahabat Abdullah ibnu Mas’ud z, beliau berkata:

Aku bertanya kepada Nabi saw, “Amalan apakah yang paling dicintai oleh Allah?” Beliau saw menjawab, “Shalat pada waktunya.” Aku berkata, “Kemudian apa?” Nabi saw menjawab, “Berbakti kepada orangtua.” Aku berkata, “Kemudian apa?” Beliau saw menjawab, “Kemudian jihad di jalan Allah.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Kewajiban berbuat baik kepada orangtua semasa hidup mereka tidaklah melihat kepada siapa dan bagaimana keadaan orangtua. Bahkan Allah swt  memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya untuk berbuat baik kepada orangtuanya meskipun seandainya keduanya dalam keadaan kafir sekalipun. Sebagaimana dalam berfirman-Nya:

“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, namun pergaulilah keduanya di dunia dengan baik.” (Luqman: 15)

Di dalam ayat tersebut kita memahami bahwa berbuat baik kepada orangtua tidaklah gugur karena keduanya dalam keadaan kafir serta memerintahkan untuk berbuat syirik atau melakukan kekafiran, meskipun perintah keduanya yang berupa kemungkaran tetap tidak boleh ditaati.
Berbuat baik kepada orangtua sangat banyak caranya, diantaranya :

1.  Mendoakan orang tua
Berdoa bagi keduanya sewaktu masih hidup atau sudah tiada termasuk tanda bukti bakti anak shaleh kepada kedua orang tua. Memintakan ampun kepada Allah atas segala dosanya. Mohon rahmat dan taufik-Nya serta minta petunjuk atau hidayah bila orang tuanya musyrik. Hal ini sesuai dengan anjuran Allah dalam Al quran surat Al Isra’ ayat 24 :

“Dan ucapkanlah : Wahai Rabbku,kasihilah mereka keduanya,sebagaimana mereak telah mendidik aku waktu kecil”.

Sebagaimana pula dalam sebuah riwayat yang dibawa sahabat Abi Said bin Malik bin Rabiah, bahwa ada seorang dari Bani Salamah bertanya kepada Rasulullah saw.

Ya Rasulullah,setelah ibu-bapakku wafat apakah ada sisa kebaikan yang kupersembahkan untuk keduanya? Rasulullah menjawab : Ya ,dengan mendoakan keduanya,memohonkan ampun,menepati janji dan nadzar yang pernah diikrarkannya,memelihara hubungan silaturahmi dan memuliakan hubungan sahabat keduanya. (HR Abu Dawud,Ibnu Majah dan Ibnu Hiban)

2.  Bersikap lemah lembut dan kasih sayang kepada keduanya
Tutur kata yang halus,lemah lembut,sifat penuh kasih sayang dan rendah hati dalam sikap adalah pencerminan dari berbuat baik kepada kedua orang tua.

“Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu tidak menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang atau keduanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaan mu, maka janganlah kamu sekali-kali mengatakan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataanyang mulia. Dan rendahkanlah dirimu kepada mereka dengan penuh kesayangan”. (QS.  Al Isra’ : 23)

Perkataan “ah” kepada orang tua saja tidak diperbolehkan dalam agama islam, apalagi mengucapkan kata-kata yang mengandung cacian,umpatan kotor yang menusuk perasaan mereka tentu telarang lagi.

3.  Berkorban untuk kedua orang tua
Anak harus mempersipakan diri dan harta bendanya untuk diikhlaskan demi keperluan orang tuanya,sepanjang tidak bertentangan dengan aturan Allah dan Rasul-NYa.

“Engkau dan hartamu adalah milik orang tuamu,karena sesungguhnya anak-anakmu adalah sebaik-baik usahamu,sebab itu makanlah dari hasil usaha anak-anakmua itu”. (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah, Hasan-Shahih)

4.  Meminta keridlaan orang tua
Hakikat keridlaan Allah tergantung keridlaan orang tua dan kemurkaan Allah adalah kemurkaan orang tua. Jadi seharusnyalah dalam setiap hal kita ijin kepada keduanya,bahkan sampai berjihad  fisabilillah sekalipun.
Seseorang datang  kepada Rasulullah dan minta ijin untuk ikut berjihad,kemudian beliau bertanya : “Apakah kedua orang tuamu masih hidup?” Ia menjawab : Ya, masih. Beliau bersabda “Pada mereka sajalah kamu berjihad.” (Hadist syarif)
Pada hadist lainya dikatakan :
“Kembalilah kepada kedua orang tuamu dan layanilah sebaik-baiknya” (Muttafaqun ‘alaih)

5.  Berdiri menyambutnya ketika beliau datang
Menyambut dengan wajah ceria dan senyum dibibir termasuk berbakti kepada orang tua. Ummul Mukminin Aisyah meriwayatkan :
”Aku tidak pernah melihat seseorang yang lebih sempurna akhlaknya dari Rasulullah mengenai ketenangan,keanggunan dan kecerahannya kecuali Fatimah binti Rasulullah. Jika ia mengunjungi Rasulullah,beliau bangkit menyongsongnya,mencium dan mempersilahkan sang putri  duduk ditempat beliau duduk. Begitu pula bila Nabi saw datang mengunjungi buah hatinya, Fatimah bangun menyambut beliau,mencium dan mempersilahkan duduk ditempat duduknya. (HR Abu Dawud dan Tirmidzi)

Demikian beberapa hal yang dapat digolongkan ke dalam perbuatan berbakti kepada orang tua. Semoga kita mampu melakukannya. Amiin

Strategi Kaum Kafir Menghancuran Islam

Strategi Kaum Kafir Menghancuran Islam

“Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya,meskipun orang-orang kafir benci.” (QS. Ash Shaff : 8)

Dari waktu ke waktu,kian terbukti kebencian kaum kafir (Yahudi dan Nasrani) terhadap umat Islam. Hal ini karena umat Islam selalu berjuang menegakkan Al Haq (kebenaran) dan sebaliknya,mereka terus berjuang menegakkan Al Bathil (kesesatan). Inilah sebabnya,mengapa tak pernah bisa bertemu antara pihak yang haq dengan pihak yang bathil. Bahkan dari generasi ke generasi,pertarungan yang bersifat fisik maupun non fisik terjadi berkali-kali hingga hari ini. Karena mereka beranggapan bahwa Islam merupakan penghalang yang harus diberantas. Maka berbagai cara mereka tempuh untuk menghancurkan Islam dan umatnya.
Sebagai muslim,kita perlu tahu,apa saja strategi mereka dalam menghancurkan Islam dan umatnya. Bila kita sudah tahu, insya Allah kita tidak akan terjebak dalam program penghancuran yang mereka lakukan. Seluruh program mereka pada intinya bertujuan untuk memurtadkan umat Islam,karena itu seringkali di sebut dengan harokatul itidad (gerakan pemurtadan).

Berikut ini beberapa strategi mereka untuk menghancurkan Islam :

1.    Perang Secara Fisik
Berkali-kali peperangan antara muslim dengan Yahudi dan Nasrani terjadi. Perang Arab-Israel masih berlangsung hingga kini. Perang Salib yang terkenal itu juga menjadi bukti untuk menghancurkan umat Islam.  Namun peperangan secara fisik yang sudah berlangsung berkali-kali ini menyadarkan mereka bahwa tak mungkin umat Islam bisa ditaklukan dengan kekuatan senjata.
Kegagalan menghancurkan Islam dengan perang fisik disebabkan karena umat Islam memiliki semangat jihad dan kecemburuan terhadap agamanya.

2.    Menghancurkan Sistem Khilafah
Setelah gagal menghancurkan Islam melalui perang fisik,cara lain yang mereka tempuh guna menghancurkan Islam dan umatnya adalah dengan menghancurkan system pemerintahan Islam yang bersifat khilafah (menginternasional). Mereka menghancurkan kekhalifahan Islam Utsmaniyah di Turki lalu mereka ganti dengan pemerintahan yang sekuler. Lalu berkembang pula paham nasionalisme sehingga negara-negara yang dahulu saling bahu-membahu, setelah itu lebih mementingkan kebangsaannya.
Namun hancurnya kekhalifahan Utsmaniyah bukan berarti akhir dari segalanya. Keinginan untuk mengembalikan pemerintahan yang Islami tidak begitu saja hilang meskipun kondisinya sangat sulit. Sekarang ini dimana-mana muncul kesadaran pentingnya pemerintahan yang Islami,sebab tanpa pemerintahan yang Islami,yang menderita bukan hanya kaum muslimin,tetapi juga orang-orang selain Islam.

3.    Menjauhkan Umat Islam dari Al Quran
Orang-orang kafir sebenarnya menghendaki musnahnya AlQuran sebagai salah satu sumber kekuatan umat Islam. Gladstone,seorang oreintalis barat menyatakan “selama Al Quran ini ada,maka Eropa tidak akan sanggup menjajah timur,malahan Eropa sendiri yang tidak bisa aman.” Namun akhirnya mereka sadar sendiri bahwa Al Quran itu tidak mungkin bisa dimusnahkan,maka merekapun berusaha untuk menjauhkan umat Islam dari kitab sucinya,dan ini bisa mereka capai dengan baik sehingga kekuatan tak lagi dimiliki oleh umat Islam karena umat Islam jauh dari Al Quran.

4.    Menhancurkan Akhlak
Didalam Islam,tinggi dan rendah,kuat dan lemahnya umat Islam sangat tergantung pada sejauh mana kemuliaan akhlak yang dimilikinya. Karena itu orang-orang kafir sangat berkepentingan menghancurkan akhlak kaum muslimin. Samuel Sweimer seorang pimpinan misionaris pernah bekata “Misi utama kita adalah mengeluarkan seorang muslim dari Islam supaya menjadi orang yang tidak ada hubungan apa-apa dengan Allah,sehingga tidak mempunyai akhlak sebagai pegangan hidup umat Islam.  Tugas kalian adalah menyiapkan generasi baru Islam yang jauh dari ajaran Islam.”
Untuk mencapai tujuan tersebut, pihak barat kemudian mengekspor budaya mereka yang jelek melalui film,sandiwara,lagu dan music,serta moto-moto tertentu untuk membentuk opini bahwa hal itu merupakan suatu kemajuan, tanda masyarakat modern.

5.    Memecah Belah Persatuan Umat Islam
Tindak lanjut dari hancurnya system khilafah adalah mereka berusahan mencerai beraikan persatuan umat Islam. Untuk itu setelah mereka menjajah berpuluh-puluh tahun bahkan ratusan tahun,mereka tinggalkan negeri jajahan yang mayoritas penduduknya muslim itu dengan perbatasan yang tak jelas sehingga hal ini sering menjadi konflik antara satu negara dengan negara tetangganya. Setelah itu mereka mewariskan nasionalisme atau fanatisme kebangsaan secara berlebihan sehingga suatu negara lebih mementingkan negerinya lalu tidak peduli dengan negara lain. Hingga kini,persatuan umat Islam masih merupakan persoalan yang sangat besar untuk diwujudkan,meskipun di dalam Al Quran dan Hadist amat ditekankan.

6.    Menanamkan Keraguan Terhadap Islam
Salah satu kunci kekuatan umat Islam adalah terletak pada amal shalehnya. Untuk bisa beramal shaleh seorang muslim terlebih dahulu harus betul-betul yakin akan Islam sebagai satu-satunya agama yang benar. Bila keyakinan itu sudah tumbuh  dengan baik di dalam jiwa kaum muslimin, maka kaum muslimin akan selalu memperjuangkan tegaknya nilai-nilai Islam dalam kehidupan dan siap menanggung segala resikonya.
Karena itu musuh-musuh Islam terus menanamkan keraguan umat Islam terhadap agamanya. Mereka selewengkan makna-makna Al Quran sehingga membuat umat jauh dari Al Quran. Mereka kotori sejarah islam hingga umat Islam tidak percaya dengan para pejuang islam,termasuk ragu akan kesucian sejarah Nabi Muhammad SAW,lalu mereka hambat umat Islam untuk melaksanakan Islam sehingga umat ini semakin jauh dari ajaran agamanya sendiri.

7.    Merintangi Kemajuan Umat Islam
Dalam banyak hal umat Islam sebenarnya bisa mencapai kemajuan yang besar,termasuk dibidang sains dan teknologi. Bila kemajuan ini betul-betul terwujud,maka keberadaan negara-negara barat sebagai negara industry bisa tersaingi.
Karena itu kemajuan negeri-negeri muslim terutama di bidang sains dan teknologi mereka hambat sedemikian rupa. Para pemuda-pemuda Islam yang sudah berhasil menuntut ilmu di bidang sains dan teknologi mereka beri iming-iming dengan gaji yang besar dan gelar mulia agar mau mengabdikan ilmunya dinegeri barat itu saja,tidak usah pulang ke negara asal mereka. Inilah yang kemudian dikenal dengan istilah Brain drain (pelarian intelektual muslim ke negara-negara barat). Meski begitu barat tetap saja menyimpan ketakutan karena umat Islam sekarang ini memang tidak bisa menahan diri lagi untuk maju,karena kemajuan sains dan teknologi yang dicapai barat banyak sekali yang mengakibatkan timbulnya masalah-masalah baru yang tidak menyenangkan.

Wahai kaum muslimin,itulah beberapa strategi kaum kafir untuk menghancurkan Islam. Untuk itu WASPADALAH!

Valentine's Day Budaya Menyesatkan

Valentine's Day Budaya Menyesatkan

Sebagai umat Nabi Muhammad saw,tentunya kita tidak begitu saja menerima Valentine’s Day yang sudah membudaya di kalangan muda. Kita berkepentingan untuk meneliti dan menelusuri hakekat Velentine’s Day yang sudah menyangkut akidah. Agar kita tidak kehilangan identitas diri sebagai umat Islam yang hanya boleh mengikuti tradisi yang disinari Al Quran dan petunjuk sunnah Nabi saw.
Sejarah Valentine’s Day tidak dapat dipisahkan dari rangkaian peristiwa dan ritus agama Nasrani. Sejarah menceritakan, bahwa setiap tanggal 14 Februari,selalu diadakan peringatan untuk menghormati mendiang Santo Valentino yang dihukum mati tahun 270 M. Pada hari itu orang-orang Nasrani ”disunnahkan” mengungkapkan perasaan cintanya dengan saling mengirimkan pesan dan hadiah cinta.
Santo Valentino yang diperingati tersebut adalah nama pendeta Kristen yang dianggap pelindung orang-orang yang kasmaran serta penganjur kawin muda. Dia dihukum mati karena melanggar peraturan yang dibuat Emperior Claudius II Ghoticus yang melarang para pasangan muda untuk menikah. Claudius II menganggap bahwa tentara yang masih bujang lebih baik dan berprestasi daripada yang sudah beristri. Hal ini tidak disetujui oleh Santo Valentino. Maka tanpa sepengetahuan sang penguasa, ia menikahkan sepasang pemuda-pemudi. Lantaran perbuatannya itu sang pendeta dipenggal di Roma pada tahun 270 M, (sumber lain tahun 269 M) dan dikuburkan di tepi jalan Flaminia. Lucunya pihak gereja menobatkannya sebagai pehlawan yang melindungi orang bercinta.

Valentine’s Day juga berhubungan dengan upacara keagamaan Romawi yang menyembah dewa Lupercus (dewa kesuburan,padang rumput dan hewan ternak). Juga dihubungkan dengan penyembahan dewa Faunus sebagai dewa alam semesta dan pemberi wahyu yang diadakan di bukit Falatine.
Upacara dimulai dengan mengobarkan beberapa ekor kambing dan seekor anjing. Lalu dua orang pemuda dibawa ke sebuah altar. Sebuah pisau yang berlumuran darah disentuhkan ke kening mereka,dan mereka harus tertawa. Setelah itu, darah di kening dibersihkan dengan kain wool yang dicelupkan ke dalam susu. Kemudian mereka dibagi dua kelompok dan berlari kearah yang berlawanan mengelilingi bukit dan temobk kota Falatine. Mereka mencambuki wanita yang dijumpai guna mengembalikan kesuburannya. Namun ironisnya, para wanita itu justru dengan senang hati menerima cambukan tersebut.
Acara hari Valentine tersebut mulai berkembang sejak kaisar Constrantin (280-337 M),sejak kaesar pertama pemeluk agama Nasrani. Sejak itu,acara hari kasih sayang Valentine diwarnai nuansa kemesuman yang dimulai pesan-pesan cinta yang disampaikan para gadis yang sedang kasmaran dan diletakkan dalam sebuah jambangan kemudian diambil oleh para pemuda. Setelah itu mereka berpasangan dan berdansa yang diakhiri dengan tidur bersama lengkap dengan perzinahannya. Pada tahun 494 M, dewan Gereja yang dipimpin Paus Galasium I mengubah upacara tersebut dengan pofokasi (pembersihan dosa). Paus juga mengubah upacara Lupercalia itu dari tanggal 15 mnejadi 14 Februari yang pada tahun 496 M ditetapkan sebagai Valentine’s Day untuk menghormati Santo Valentino.

Singakatnya, Valentine’s Day adalah budaya yang berakar dari upacara keagamaan ritual Romawi kuno untuk menyembah dewa mereka yang dilakukan dengan penuh kemusyrikan. Upacara yang biasa dilakukan tanggal 14 Februari tersebut disebarluaskan gereja ke masyarakat dunia. Termasuk negeri yang mayoritas penduduknya muslim. Oleh karena itu, dapat kita katakan dengan tegas bahwa Valentine’s day hanyalah tradisi Nasrani yang berakar dari kebudayaan Romawi kuno.

Sungguh memprihatinkan,ternyata acara ini banyak diikuti kaum muda-mudi muslim yang tidak paham dengan akidah dan kurang penghayatan terhadap Islam. Seolah-olah Islam tidak mengenal doktrin cinta kasih yang suci yang tentunya bebas kemaksiatan. Padahal ajaran cinta kasih dalam Islam memiliki kedudukan tinggi sebagaimana yang tercantu dalam Al quran surat At Taubah : 24, Al Baqarah : 165, Al Fath : 29, Al Maidah : 54, dll.

Jelaslah,Valentine’s Day merupakan budaya asing yang tidak Islami. Dan mengikutinya berarti menghidupkan dan melestarikan tradisi jahiliyah. Dan itu nyata-nyata bertentangan dengan syariat Islam. Perayaan dan mengikuti tradisi Valentine’s Day dalam bentuk apapun merupakan perbuatan syirik (karena menyangkut keyakinan dan ritus bukan Islam),maksiat,mengumbar nafsu bahkan sering terjadi perzinahan. Dan merupakan tindakan bodoh yang masuk dalam perangkap penyelengan akidah dan penyesatan perilaku berupa suka ria,pesta pora,foya-foya,hura-hura dan kemubaziran. Dan itu semua merupakan budaya orang Yahudi dan Nasrani.

“Dan selamanya orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang dengan kalian (umat Islam) sebelum kalian mengikuti agama mereka...” (QS. Al Baqarah : 120)

Rasulullah Saw bersabda :

“Sungguh kalian akan mengikuti sunnah (acara-acara,tradisi,sikap,kebiasaan dan gaya hidup ) orang-orang sebelum kamu selangkah demi selangkah hingga kalau mereka masuk lubang biawak sekalipun kalian akan ikut memasukinya.” Para sahabat bertanya :”Maksudnya umat Yahudi dan Nasrani?” Beliau saw menjawab : “Lalu siapa lagi (kalau bukan mereka).” (HR. Bukhari –Muslim)

Bila kita mengikuti acara dan gaya hidup non muslim maka kita dikategorikan Nabi saw termasuk golongan mereka dan tidak diakui sebagai umatnya.

“Barang siapa menyerupai suatu kaum maka ia tergolong kaum itu.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)

Begitu pula halnya mengikuti tradisi tahun baru dalam bentuk apapun adalah haram hukumnya. Sebab semua itu bukan berasal dari ajaran Islam. Umat Islam seperti dipelopori Umar bin Khathab ra.  telah  memproklamirkan tahun sendiri berupa Tahun Hijriah yang terhitung dari hijrah Nabi dalam rangka menghijrahkan jalan hidup manusia yang jahiliah kepada Islam. Dan kita patut hanya berbangga dengan bulan-bulan Islam yang disitu Islam senantiasa mengaitkan syiar dan ibadah ritual. Serta menempatkan keutamaan bulan yang telah Allah janjikan termasuk bulan-bulan haram (suci).

Adapun mengenai hukum memanfaatkan momentum acara Valentine’s Day dan tahun baru untuk bisnis barang dan jasa yang khusus mendukung acara tersebut atau acara-acara ritual dan maksiat lainnya,menurut pandangan akidah dan syariah adalah tidak dibernarkan oleh Islam. Karena hal itu termasuk memberi andil pada acara-acara jahiliyah. Padahal Allah melarang kita untuk membantu hal-hal jahiliyah,maksiat dan dosa.

“Dan tolong menolonglah kamu dalam kebajikan dan taqwa dan jangan tolong menolong dala perbuatan keji dan dosa.” (QS Al Maidah : 2)

Hal tersebut juga berlaku pada larangan atau haramnya mengadakan acara khusus ibadah keagamaan sebagai pengganti acara malam tahun baru. Seperti, malam muhasabah (intropeksi diri) atau yang lainnya. Sebab acara khusu ibadah keagamaan dalam Islam bila dikaitkan dan dikhususkan dalam momnetum khusus serta tata cara khusus yang tidak dicontohkan Nabi dapat dikategorikan bid’ah (kesesatan) yang dilarang Nabi. Wallahu a’lam wabillahit Taufiq wal Hidayah.

Larangan-larangan Rasulullah SAW

Larangan-larangan Rasulullah SAW

Dalam kehidupan sehari-hari,disadari atau tidak,sering kita melakukan perbuatan yang sebenarnya dilarang oleh Rasulullah SAW. Hal ini dapat terjadi karena kejahilan (ketidak mengertian) kita terhadap sunnah Rasulullah SAW.
Berikut ini beberapa hal yang dilarang Rasulullah SAW untuk kita lakukan. Larangan-larangan tersebut ada yang sampai pada tingkatan haran,ada yang sekedar makruh (dibenci oleh Allah SWT). Tapi jelas,meninggalkan laranga-larangan berikut ini adalah lebih utama.

1.    Melawak (memancing orang lain agar tertawa) dengan kebohongan
“Celakalah bagi orang yang berkata dan berbohong untuk menjadikan orang lain tertawa karenanya. Celakalah ia,celakalah ia.” (HR. Ahmad,Tirmidzi dan Abu Dawud)
2.    Tertawa karena orang lain kentut
“Rasulullah SAW melarang tertawa (menertawai orang) karena kentut.” (HR. Ahmad,Bukhari dan Muslim)
3.    Terlalu banyak tertawa
“Jangan banyak tertawa,karena sesungguhnya banyak tertawa itu mematikan hati.” (Shahif Al Jami’ Ash Shogir)
4.    Bernadzar
“Jangan kalian bernadzar,karena nadzar itu sedikit pun tidak dapat mempengaruhi takdir. Dan hanyasanya nadzar itu dikeluarkan dari orang yang pelit.” (HR. Muslim dan Tirmidzi)
5.    Memaksakan diri menjamu tamu
“Janganlah salah seorang diantara kalian memaksakan diri untuk tamunya dilura kemampuannya.” (HR. Ad Dailami)
6.    Mengambil barang orang lain tanpa izin,baik secara bercanda atau serius
“Janganlah salah seorang diantara kalian mengambil barang milik temannya (tanpa ijin) baik secara main-main atau serius. Dan jika ia mengambil tongkat temannya hendaklah segera dikembalikan kepadanya.” (HR. Ahmad,Abu Dawud dan Tirmidzi)
7.    Memuji orang lain secara berlebihan
“Celaka kamu,kamu telah memenggal leher temenmu,barang siapa diantara kamu mau tidak mau harus memuji saudaranya  hendaklah ia mengatakan : “Aku mengenal si Fullah dan Allah-lah yang menilainya,dan aku tidak memuji seseorang melebihi pengetahuan Allah. Saya menilai si fulan begini…begini…” Jika ita tahu yang baik darinya.” (HR. Ahmad,Bukhari dan Muslim)
8.    Melakukan shalat dalam kondisi makanan sudah tersedia atau sambil menahan buang air kecil atau besar
“Tidak sempurna shalat dalam kondisi mekanan sudah tersedia,dan tidak sempurna juga shalat orang yang menahan buang air kecil atau besar.’ (HR. Muslim dan Abu Dawud)
9.    Mendatangi masjid dengan tergesa-gesa untuk mengejar shalat agar tidak ketinggalan
“Jika kalian mendatangi shalat,hendaklah kalian datang dalam keadaan tenang,dan janganlah kalian mendatanginya dengan tergesa-gesa,maka apa yang kalian dapatkan shalatlah,dan apa yang ketinggalan sempurnakanlah.” (HR. Ahmad,Bukhari dan Muslim)
10.    Membunuh binatang dengan api
“Sesungguhnya tidak boleh menyiksa dengan api kecuali Allah tuhan api.” (HR. Abu Dawud)
11.    Menunda pembayaran hak orang lain
Dari Abu Hurairah ra. : “sesungguhnya Rasulullah SAW  bersabda : “Orang yang mampu membayar hak orang lain namun menunda pembayarannya merupakan kedzaliman. Dan apabila terdapat hutang yang dialihkan kepada salah seorang diantara kalian dalam keadaan mampu maka terimalah pengalihan itu.” (Muttafaqun Alaihi)
12.    Duduk diantara dua orang kecuali dengan ijin keduanya
“Rasulullah SAW melarang seseorang duduk diantara dua orang kecuali dengan seijin keduanya.” (Hadist Hasan menurut Al Albani)
13.    Membiarkan api menyala,sementara kita tidur
Dari Ibnu Umar ra. : Dari Nabi SAW, ia bersabda :”Janganlah kalian meninggalkan api di rumah-rumah kalian ketika kalian tidur.” (Muttafaqun alaihi)
Dan suatu saat ketika Rasulullah SAW mendengar berita kebakaran rumah salah seorang sahabatnya,beliau bersabda : “Sesungguhnya api itu musuh kalian, maka apabila kalian tidur,padamkanlah.”(Muttafaqun alaihi)
14.    Mencabut uban
“Janganlah kalian mencabut uban,karena sesungguhnya uban itu merupakan cahaya bagi seorang muslim pada hari kiamat.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
15.    Masuk masjid dalam keadaan membawa bau yang busuk (tidak sedap)
“Barang siapa yang makan bawang merah,bawang putih dan kurrots (sayur yang mirip bawang merah) maka janganlah mendekati masjid kami,karena sesungguhnya malaikat terganggu,sebagaimana manusia terganggu darinya.” (HR. Muslim)

Demikian diantara larangan-larangan Nabi SAW. Memang,larangan Allah dan Rasul-Nya kadang terasa indah dan nikmat. Namun yakinlah,dibalik keindahan dan kenikmatan larangan itu tersimpan kerugian dan kecelakaan bagi yang melakukannya. Sebaliknya perintah Allah dan Rasul-Nya kadang terasa pahit dan pedih. Namun yakinlah dibalik kepahitan dan kepedihan itu tersimpan keuntungan dan kebahagiaan bagi yang melakukannya.
Mari kita tinggalkan larangan Allah dan Rasul-Nya sejauh-jauhnya,agar kehidupan kita terbimbing hidayah-Nya. Semoga kita mampu melaksanakannya.